Hari Pentekosta
Ketika tiba hari Pentakosta, semua
orang percaya berkumpul di satu tempat.
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu
bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka
duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang
bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Maka penuhlah mereka dengan RohKudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang
diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Waktu itu di Yerusalem diam
orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.
Ketika turun bunyi itu,
berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar
rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
Mereka semua tercengang-cengang dan
heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang
Galilea?
Bagaimana mungkin kita masing-masing
mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita
pakai di negeri asal kita:
kita orang Partia, Media, Elam,
penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan
Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene,
pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi,
orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa
kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
Renungan:
Bahasa
tentang kasih Allah kepada dunia yang turun dari langit bagaikan tiupan angin
yang keras, menyebar dalam rupa lidah-lidah api, hinggap dan memenuhi hati
orang-orang yang percaya. Mereka lalu dipenuhi dengan Roh Kudus yang memberi
kemampuan kepada mereka sehingga dapat berkata-kata dalam berbagai bahasa
tentang perbuatan besar yang dilakukan
Allah.
Pada
tahun 1985 saya mulai tertarik untuk mengikuti kegiatan karismatik di salah
satu gereja Katolik di kota Makasar. Kegiatan itu dilaksanakan setiap hari
Kamis malam. Biarpun demikan, gereja itu penuh oleh banyak umat. Mereka
bernyanyi dengan semangat penuh gairah merasakan kenikmatan dalam sukacita
Allah. Saya paling tertarik ketika pastor mulai membacakan Injil dan berkotbah.
Terasa Sabda Allah begitu hidup dalam hati pastor yang merasuki hati setiap
umat, sehingga sebelum pastor selesai berkotbah, banyak umat yang sudah seperti
kerasukan dengan berbicara dalam bahasa yang tidak dipahami. Saya lihat itu
sebagai suatu sugesti masal, karena saya hanya tertarik pada Kitab Suci dan
kotbah pastor.
Tahun
2007 ketika kami sekeluarga mengadakan ibadat di rumah dipimpin pastor yang
adalah adik ipar, pada waktu menyanyikan lagu Aleluya, suara saya tiba-tiba
mengalun begitu indah dan saya sendiri menyadari bahwa itu bukan suara saya.
Dan selama beberapa hari atau minggu, bila mendengar lagu Alleluia, secara
spontan suara saya ikut bernyanyi diluar kendali pribadi saya. Dalam doa
bersama pun, entah di rumah atau di tempat lain, suara saya berubah dan saya
mengeluarkan kata-kata dari bahasa yang asing di telinga. Tetapi anehnya dalam
pikiran saya selalu tersirat penghayatan akan Allah Tritunggal yang Mahakudus
dengan nasehat-nasehat yang bijak.
Semua
itu terjadi diluar program dan pengendalian pribadi yang tidak disengaja. Saya
semakin mengimani bahwa Roh Kudus dari Allah Bapa yang dijanjikan Yesus Kristus
masih ada dan selalu ada. Ia masih bagaikan tiupan angin yang mengalir memenuhi
setiap hati yang terbuka pada kehendak Allah. Bila Roh Kudus berada dalam hati,
perasaan yang pertama adalah damai, tidak ada benih-benih kebencian dengan
siapapun, termasuk yang sering dianggap musuh. Penghayatan tentang kasih
kebaikan Allah yang diperuntukan bagi seluruh umat manusia, tetapi yang tentu
saja mereka yang berkehendak baik.
Ternyata
dalam jangka waktu ribuan tahun, Roh Kudus yang satu dan sama tetap berkarya di
tengah orang yang mau membuka hati terhadap kehendak Allah. Modernisasi dan
sekularisasi yang menarik orang ke dalam hedonisme, seakan memacu Roh Kudus
untuk bertiup lebih keras dan progresif untuk menarik manusia kepada hakekat
penciptaannya yaitu keselamatan kekal. Roh Kudus Allah tidak rela membiarkan
ciptaan-Nya yang segambaran dengan citra Allah jatuh dan binasa menjadi budak
nafsu kebinasaan kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar