Sabtu, 18 Mei 2013

Kuasa Roh Kudus


Hari Pentekosta
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.

Maka penuhlah mereka dengan RohKudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.

Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?

Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:
kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."

Renungan:

Bahasa tentang kasih Allah kepada dunia yang turun dari langit bagaikan tiupan angin yang keras, menyebar dalam rupa lidah-lidah api, hinggap dan memenuhi hati orang-orang yang percaya. Mereka lalu dipenuhi dengan Roh Kudus yang memberi kemampuan kepada mereka sehingga dapat berkata-kata dalam berbagai bahasa tentang  perbuatan besar yang dilakukan Allah.

Pada tahun 1985 saya mulai tertarik untuk mengikuti kegiatan karismatik di salah satu gereja Katolik di kota Makasar. Kegiatan itu dilaksanakan setiap hari Kamis malam. Biarpun demikan, gereja itu penuh oleh banyak umat. Mereka bernyanyi dengan semangat penuh gairah merasakan kenikmatan dalam sukacita Allah. Saya paling tertarik ketika pastor mulai membacakan Injil dan berkotbah. Terasa Sabda Allah begitu hidup dalam hati pastor yang merasuki hati setiap umat, sehingga sebelum pastor selesai berkotbah, banyak umat yang sudah seperti kerasukan dengan berbicara dalam bahasa yang tidak dipahami. Saya lihat itu sebagai suatu sugesti masal, karena saya hanya tertarik pada Kitab Suci dan kotbah pastor.

Tahun 2007 ketika kami sekeluarga mengadakan ibadat di rumah dipimpin pastor yang adalah adik ipar, pada waktu menyanyikan lagu Aleluya, suara saya tiba-tiba mengalun begitu indah dan saya sendiri menyadari bahwa itu bukan suara saya. Dan selama beberapa hari atau minggu, bila mendengar lagu Alleluia, secara spontan suara saya ikut bernyanyi diluar kendali pribadi saya. Dalam doa bersama pun, entah di rumah atau di tempat lain, suara saya berubah dan saya mengeluarkan kata-kata dari bahasa yang asing di telinga. Tetapi anehnya dalam pikiran saya selalu tersirat penghayatan akan Allah Tritunggal yang Mahakudus dengan nasehat-nasehat yang bijak.

Semua itu terjadi diluar program dan pengendalian pribadi yang tidak disengaja. Saya semakin mengimani bahwa Roh Kudus dari Allah Bapa yang dijanjikan Yesus Kristus masih ada dan selalu ada. Ia masih bagaikan tiupan angin yang mengalir memenuhi setiap hati yang terbuka pada kehendak Allah. Bila Roh Kudus berada dalam hati, perasaan yang pertama adalah damai, tidak ada benih-benih kebencian dengan siapapun, termasuk yang sering dianggap musuh. Penghayatan tentang kasih kebaikan Allah yang diperuntukan bagi seluruh umat manusia, tetapi yang tentu saja mereka yang berkehendak baik. 

Ternyata dalam jangka waktu ribuan tahun, Roh Kudus yang satu dan sama tetap berkarya di tengah orang yang mau membuka hati terhadap kehendak Allah. Modernisasi dan sekularisasi yang menarik orang ke dalam hedonisme, seakan memacu Roh Kudus untuk bertiup lebih keras dan progresif untuk menarik manusia kepada hakekat penciptaannya yaitu keselamatan kekal. Roh Kudus Allah tidak rela membiarkan ciptaan-Nya yang segambaran dengan citra Allah jatuh dan binasa menjadi budak nafsu kebinasaan kekal. 

Teknologi dan modernisai harus dihayati dalam kerangka menjadikan manusia semakin beriman dan bermoral. Segala hasil teknologi moderen hanyalah sarana yang fana, karena yang bisa dibawa menghadap Sang Pencipta adalah jiwa yang suci. Untuk itu bukalah hati kepada Roh Kudus, berikanlah tempat bersemayam di hati, maka segala kerisauan duniawi akan lebur, segala kebencian menjadi damai dan kemarahan menjadi pengampunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar